Wednesday, October 8, 2008

Simbok

Ku Buka Album Biru
Penuh Debu Dan Usang
Ku Pandangi Semua Gambar Diri
Kecil Bersih Belum Ternoda

Aku masih menemani adekku. Entah sudah berapa toko dia masuki.
Berkali-kali ngepas baju, belum juga ada yang cocok. Padahal dia tahu,
aku paling malas menunggu. Kapan lagi bisa nganterin adek, kalo pas
ngelaba nganterin temen ceweknya aja semangat banget, begitu kilahnya.
Hingga akhirnya ibu ikut memberikan mandat. Thole, anterin adeknya,
mumpung kamu di rumah. Ah.. jadi kangen sama simbok..

Pikirkupun Melayang
Dahulu Penuh Kasih
Teringat Semua Cerita Orang
Tentang Riwayatku

Tak lama kemudian HPku bergetar. Berbunyi. Alhamdulillah dari simbok.
Tadi sih sempat bernegoisasi dengan simbok, aku mau nganterin tapi
nanti kalo udah kelamaan, tolong telephone biar punya alasan pulang,
hehe ;p *sebuah konspirasi ibu-anak yang brilian bukan? :D dan kita
pun meluncur pulang....

Kata Mereka Diriku Slalu Dimanja
Kata Mereka Diriku Slalu Ditimang

Sesampai di rumah, aku segera mencari simbokku. Beliau masih tiduran
di depan TV. Kebiasaan yang belum berubah. Kalo nonton TV pasti tidur
tapi kalo channelnya diganti atau TVnya dimatiin beliau langsung
bangun trus ngedumel. Habit yang aneh tapi merindukan.

Nada Nada Yang Indah
Slalu Terurai Darinya
Tangisan Nakal Dari Bibirku
Takkan Jadi Deritanya

Aku masih memandangi wajah simbokku. Begitu damai. Gurat - gurat
ketuaan mulai menghiasi. Uban banyak bermunculan disana sini. Dulu
waktu ubannya belum banyak beliau suka menyuruh kami mencabutinya.
Badannya semakin kurus. Tirus. Memang sekarang beliau sedang dalam
masa penyembuhan. Kemaren sempet dirawat di rumah sakit selama satu
minggu. Katanya sih, sehabis sahur dia mau buat susu, tapi tangannya
malah membuka bungkus extra j**, daripada mubazir diminumlah minuman
suplemen itu. Menjelang imsyak, kebiasaannya adalah menenggak obat,
karena kebetulan pencernaannya memang sedang sakit. Hingga kemudian
terjadilah reaksi antara 2 zat yang bertentangan itu. Sakit. Mual.
Hingga akhirnya pingsan. Ah, simbokku sudah mulai pikun ternyata..

Tangan Halus Dan Suci
Tlah Mengangkat Diri Ini
Jiwa Raga Dan Seluruh Hidup
Rela Dia Berikan

Simbokku akhirnya terbangun. Senyumnya mengembang. Mungkin senyum
inilah yang menarik perhatian bapakku dulu waktu meminangnya. Akupun
diminta mengantarkannya ke pasar. Dan kami pun berputar putar mencari
suguhan buat lebaran besok. Hingga HPku bergetar..

Drdrdr.. Drdrdrdd.. Special delivery drdrdr..

1 message received.

Innalilahi wa inna ilaihi rajiun.telah bpulang k rahmatullah ibunda
tcinta pada hari selasa,30 september 2008. Semoga amal dan ibadahnya d
terima.amin

From : souliamate

Innalilahi wa inna ilaihi rajiun. Belum juga sebulan intuiisiku
berkata tentang kematian
. Ibu dari salah satu sahabatku meninggal.
Padahal dulu aku sempat janji untuk bertemu ibunya. Semoga nanti aku
bisa membayar hutangku dengan datang ke tujuh hariannya. Aku segera
memeluk simbokku.

Masih bingung, simbokku bertanya, "ada apa tho le?"
"temenku mbok. Ibu temenku meninggal"
"Innalilahi wa inna ilaihi rajiun. Ya kalo gitu, ayo buruan pulang. Layat"
"tapi dia di jakarta mbok"
"ya sudah, kita pulang. Sholat ghoib. Nanti malam habis takbiran kita
doain. Jangan lupa kamu telephone temenmu itu. Hibur dan buat
tersenyum"
"inggih mbok", dan aku semakin erat memeluk simbokku.

Oh Bunda Ada Dan Tiada Dirimu
Kan Slalu Ada Di Dalam Hatiku...

PS: sorry ya kemaren datangnya terlambat. Tapi kemaren setelah pulang
dari rumahmu aku langsung yasinan kok. Jangan sedih mulu ya. Senyum.
Aku yakin mama kamu sedang tersenyum sekarang. Sedang menanti surga
dengan kereta doa anak yang shaleh.. Jangan tumpahkan lagi aer matamu.
Sisakan sedikit buat temenmu ini. Sisakan buat tangisan bahagia
tentunya... ;)

3 comments:

Anonymous said...

Salut, San. Dikau menuliskan nostalgia masa SMA cantik banget.

Kok isih kelingan to, San? Nama-nama guru, lot-jing, eh masih inget ga yel-yel terbaik?

'Dumpak dinding...ek. Dumpak dinding...ek. Dumpak dinding dumpak dinding...e'ek'

Ampun, yel-yel terkisruh yang pernah kudengar.

Mandi lumpur? Whuahaha..aku lagi mens waktu itu. Dengan air sak uprit, musti mandi bareng dengan 4 orang yang lain. Seingetku, salah satunya uswah - lagi mens juga *nyengir jahil* Untung kamar mandi gelap...

Kelas 3. Masa terintimidasi. Psst, kubuka rahasia ya : aku masuk 2.4 bukan karena nilai bagus, tapi bu Niken salah ngitung total nilaiku di cawu III kelas 1.5. Harusnya 96 tapi ditulis 106. Masuklah daku di kelas unggulan itu. Huahaha

Bodoh. Sampai mau lulus juga, aku ngos-ngosan ngejar kalian yang berkemampuan di atas rata-rata.

Pingin ikut reuni. Kejadiannya pasti lebih indah daripada foto-fotonya ya...

JustYulia said...

terima kasih untuk membuatku menyisakan airmata ini untuk kebahagiaan yang kelak akan aku dapatkan.

mulai saat ini terus sayangi ibu mu sebelum kau terlambat menyadari bahwa tidak ada orang lain lagi yang paling kau sayangi melebihi ibumu

.thedalang said...

@sanggita: waduh komene salah tempat cik.. :D wah rahasianya menggetarkan.. but coba itung deh waktu itu kelas 1.5 di 2.4 kan paling banyak, jangan2.. aku yang termasuk salah itung :D

@justyulia: nah senyum dong :D