Thursday, October 30, 2008

Aku kepada oktober

11.10.01. Penat masih merundungku. Pelan kususuri jalan pinggiran rel
itu. Senjapun semakin sombong menenggelamkan malam menjadi hitam.
Pikiranku berkecambuk. Ilmu-ilmu itu membiusku. Angka-angka itu terasa
asing. Begitu memabukkan tetapi juga menggairahkan. Aku kembali
menghitung angka-angka. Angka-angka yang berbeda. Angka-angka yang
semakin menyusut. Dan tak memungkinkan untuk bertahan. Akupun
memikirkan cara lain. Aku ingin terus belajar, maka aku harus bekerja.
Aku ingin bekerja, maka aku harus belajar cara hidup di ibukota.
Hatikupun berontak. Menyita perhatian. Ternyata aku juga sangat
merindukannya.

Akhirnya aku sampai di padepokan. Kulihat sebuah surat tergeletak di
meja. Aku begitu mengenali tulisan itu. Tulisan tangan yang
kunantikan. Hatiku berdebar. Kubaca. Kudiam. Aku menghitung
angka-angka terakhirku. Cukup buat interlokal. Aku segera lari. Di
bilik itu kupencet nomor-nomor.

"..."
"oh tunggu sebentar ya mas. Biar saya panggilin..."

1 menit. 5 menit. 15 menit. Arrgghh.. Uangku habis. Segera kututup
telpon itu. Kubayar. Dan aku melangkah gontai. Kembali. Pulang.

"kamu kemana aja sih?ada telpon tuh. Buruan"
"Halo.. Sorry tadi putus. Uangku habis. Kamu lama banget sih"
"..."
"apa? putus? Maksudmu? Suratmu tadi?"
"..."
"sudahlah. Aku pusing. Aku mau sholat dulu"

Dalam sujud aku berkaca. Astagfirullah. Maafkan hamba-MU yang belum
mengerti hakikat cinta...

18.10.08. Sendiriku di ruang sempitku. Bosan menggonta-ganti channel.
Cerita-cerita picisan. Berita-berita basi. Nyaris tak ada terobosan di
dunia layar bening ini.

Drdrdrd.. Special delivery.. Drdrdrd..

1 unread message. View.

San g usa sgitunya de kalo ama ****..yg laen yg lebih masi banyak lho...;-)

Haha. Sms yang aneh. Jadi terharu aku, ternyata masih ada yang
memperhatikanku. Bingung sih sebenarnya mo jawab apa. Bagiku dia yang
termaksud di sms itu hanya serpihan masa lalu. Indah. Tapi bukan untuk
diratapi. Untuk disyukuri. Dan bukankah kini aku sudah berlari jauh
meninggalkannya. Bukankah Aku sedang menunggu sebuah jawaban. Lembaran
baru. Meski intuisiku mengatakan sekarang belum saatnya.

Drdrdrd.. Special delivery.. Drdrdrd..

1 unread message. View.

So?Kembali spt semula,artinya you still my best friend ever yg kpn pun ada u gw?

Fiuh. Aku seringkali percaya intuisiku. Bukannya pengecut. Entahlah.
Kami berteman cukup lama. Dia yang kuharap menjadi lembaran baruku
seringkali mengisi hari-hariku. Well, mungkin ini yang terbaek buat
kita. Dan hati inipun kembali tersenyum. Lamat-lamat terdengar alunan
merdu ecoutez.

percayalah kasih cinta tak harus memiliki
walau kau dengannya
namun ku yakin hatimu untukku
percayalah kasih cinta tak harus memiliki
walau kau coba lupakan aku
tapi ku kan slalu ada untukmu

Alhamdulillah. Kini aku lebih mengerti. Lihatlah aku masih bisa
tersenyum. Hidup lebih dari sekedar nada. Mendayu tapi berpacu dalam
irama.

seharusnya kau pun menyadari
resah hatiku bila kau dengannya
seharusnya aku pun tak berharap miliki dirimu seutuhnya
namun ku pendam rasa
ku hanya ingin kau bahagia
jalani yang kau pilih
jangan risaukan aku

Dan aku kembali berlari. Melanjutkan hidup yang tertinggal. Mengejar
mimpi yang mengangkasa..

07.10.03. Jalanan sepi. Berusaha mengakrabi malam. Tampak berpihak
pada kesendirianku. Aku masih tepekur di depan toko. Madrasah bisnis
yang sedang dirintis kini diambang kematian. Penghianatan. Dia.
Saudara sekaligus rekan bisnisku. Pergi. Hancur sudah. Tak tersisa dan
aku hanya bisa diam. Sebuah kesalahan fatal.

24.10.08. Menjelang pagi. Pandanganku masih tertuju di pustaka
bisnisku. Mencoba mengutak-atik angka. Mencorat-coret diagram.
Bermain-main dengan kata. Sebuah konsep terlahir. 3e2. Ide bisnis yang
harus direalisasikan.

Theory only a map. It needs a knowledge and intuition to decide the right path.

Kujelajahi lagi kitab-kitab marketing. Kutelaah konsep-konsep change
management. Pustaka-pustaka kuliner menimbulkan minatku. Desain
interior. Teori-teori financial proposing planning. Ah, gairahku
memuncak. Bias cerita kegagalan tak bisa menghentikanku.

Langit masih kelam. Kuyakinkan niatku. Aku membaui hujan. Sebuah
pertanda baik. Aku menyukai hujan. Membersihkan langit. Dan aku bisa
menatap bintang.

Dan aku kembali berlari. Melanjutkan hidup yang tertinggal. Mengejar
mimpi yang mengangkasa. Melukis bintang menjadi rasi yang bermakna.
Mencahayakan pekatnya malam tuk menyongsong pagi yang baru.
Alhamdulillah... oktober. kali ini aku takkan kalah...

2 comments:

JustYulia said...

terIma kasIh untuK seLalu ada diSiSi gW, terMasUk ke wC asaL gaK baU kaN :D.

juSt rememBer, you stILL be mY besT frIend taNpa baTas aPaPun...

jaNgan luPa juGa unTuK teTap terSenYuM ya, biaR gW juGa bisa teRsenYuM untUk sahaBaT terSaYaNg gW...

.thedalang said...

:)