Monday, November 17, 2008

als ik bung tomo was

Memori ini terlempar ke kenangan waktu kecil. Seorang teman bapak yang
agaknya begitu mengagumi bung tomo,seringkali mencekoki dengan
berujar,"cak san,kon kudu mbangun negeri iki, koyo bung Tomo, meski
gak dianggep dadi pahlawan, gak pernah kapok terus berjuang"
(artinya:cak san,kamu harus membangun negeri ini, seperti bung Tomo,
yang meskipun tidak pernah dianggep sebagai pahlawan, tetapi tak
pernah menyerah untuk berjuang)

Hingga akhirnya menanjak remaja. Teman bapak tadi mengajak ke
surabaya. Di salah satu museum diperdengarkan orasi bung Tomo yang
melegenda tadi. Versi audionya ada disini:

http://www.arsipjatim.go.id/web/ARSIP/WebContent/web/view_koleksi_audio.jsp

diri ini seperti berada di antara kumpulan pemuda. Tampak semangat
memancar di mata mereka. Bom-bom dipasang di badan mereka siap untuk
meledakkan tank2 sekutu yang diboncengi Belanda. Bagi bung
Tomo,perjuangan tidak sebatas kata2,maka beliaupun mengarsiteki bom
syahid itu dan ikut bergerilya. Agaknya pengalaman dan pengetahuannya
ketika menjadi pandu di kala remaja, menjadi bekal yang cukup untuk
melatih insting ke-intelijenan dan kemiliteran.

Sutomo adalah pribadi yang tegas namun lembut. Dan keras namun penuh
kasih sayang. Coba baca surat cintanya kepada istrinya,yang
menceritakan kegalauan dan kerinduannya.

"Pagi ini begitu besar kangenku, sehingga ingin aku menulis kemari.
Aku saiki dadi politikus tenan. Aku rapat sedino nganti ping pitu. Ibu
pertiwi seakan-akan tersenyum di hadapan mataku! Doakan untuk
kakandamu, sayang! Agar aku selalu dapat kekuatan. Hanya di waktu
malam sebelum tidur, aku selalu merasakan adanya kekosongan! Aku tak
mempunyai seorang di sampingku yang dapat melihat air mataku
bercucuran, aku menjadi jengkel karena egoisme yang begitu besar dari
beberapa orang yang mengaku pemimpin. Sampai ketemu sayang. Veel liefs
van je... Tomo (Salam mesra dari Tomo)"

kekritisan bung Tomo dibangun ketika beliau menjadi wartawan (salah
satunya antara). Hingga kemudian membantu sudirman dalam membangun
TNI. Pernah juga menjadi menteri dan anggota parlemen. Tetapi
kekritisannya tidak pernah pudar.

Bung Tomo pernah bersitegang di akhir pemerintahan bung karno. Dari
komunisme sampai kebiasaan belanja istri2 pejabat, berfoya foya di
luar negeri pernah menjadi sasarannya. Beliaupun pernah mendukung
suharto untuk menjadi presiden,tetapi begitu melihat suharto membangun
kerajaan kroni2nya,beliau kembali mengkritik. Kekuasaan yang telah
membutakan nurani suharto, membuatnya dijebloskan kedalam penjara.
Sebagai tapol d tahun 78 dan bebas setahun kemudian. (kumpulan
kritikan bung Tomo dibukukan dg judul "bung Tomo menggugat")

Tahun 81. Sang Khalik memanggilnya. Ketika menunaikan ibadah haji.
Beliau meninggal. Pahlawan ini terlupa. "cacat sejarah" telah
membuatnya "dibuang". Tapi bung Tomo (agaknya) memang ogah dipanggil
pahlawan. Beliau berpesan kepada keluarganya untuk tidak mengajukan
gelar pahlawan bahkan untuk memakamkan di taman makam pahlawan pun
beliau tidak mau. Menurutnya makam itu telah dinodai "pahlawan -
pahlawan kesiangan"

mungkin beliau akan menangis ketika peristiwa heroik yg diarsitekinya
diperingati dengan hingar bingar konser yang bercerita picisnya cinta
dan indahnya perselingkuhan,sungguh memabukkan,ayo goyang.. duyu.. dan
kita akan semakin terbuai..

Agaknya pemberian gelar pahlawan nasional ini bukanlah kemenangan
baginya. Karena perjuangan menuju manusia merdeka belumlah kelar.
Mungkin kalau masih hidup beliau akan kembali berorasi. Melawan
penjajahan bentuk baru,yang berganti topeng dalam hegemoni kekuasaan
ekonomi bernama kapitalisme. Sekali lagi bung Tomo akan
berorasi,menggugah semangat pemudanya.. bukan pemuda2 teler, pemuda2
yg terbuai dan terlena, pemuda2 yang merengek minta jatah kekuasaan.

"Saudara-saudara. Kita pemuda-pemuda rakyat Indonesia disuruh datang
membawa harga diri intelektualitas dan sumber daya alam kita kepada
kapitalisme dengan membawa bendera putih, tanda bahwa kita menyerah
dan takluk kepada kapitalisme ...."

"Inilah jawaban kita, jawaban pemuda-pemuda rakyat Indonesia: Hai
kapitalisme, selama banteng-banteng, pemuda-pemuda Indonesia masih
mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih menjadi
merah dan putih, selama itu kita tidak akan menyerah...."

"Teman-temanku seperjuangan, terutama pemuda-pemuda Indonesia, kita
terus berjuang, kita usir kaum pemuja kapitalisme dari bumi kita
Indonesia yang kita cintai ini. Sudah lama kita menderita, diperas,
diinjak-injak...."

"Sekarang adalah saatnya kita rebut kemerdekaan kita. Kita
bersemboyan: Kita Merdeka atau Mati. Allahu Akbar... Allahu Akbar....
Allahu Akbar.... Merdeka..... !"

No comments: