Monday, November 17, 2008

aku (malu) jadi pengusaha

lama sudah kumencari apa yang hendak kulakukan
sgala titik kujelajahi tiada satupun kumengerti
tersesatkah aku disamudra hidupku

Pagi ini. Mendung masih menggelayut. Malas masih mengancam. Perasaan -
perasaan tak enak masih meneror. Mencoba menghilangkan pikiran -
pikiran kusut. Mengutak atik angka. Bermaen dengan konsep. Virus
terlanjur ditularkan. Sebuah konsep harus terealisasi. Inkubator
bisnis jalur indie. Wadah entrepreneurship mungkin jawaban dari semua
pertanyaan yang terngiang di kepala. Mandiri. Merdeka.

Bayangan krisis makin melanda. sekali lagi tantangan muncul. Bisnis
terancam. Ide2 diversivikasi menuju kebuntuan. mungkin ini justru
adalah petunjuk-NYA. Alhamdulillah masih diingatkan. Selama ini
terlalu berbangga diri. Tak pernah keluar kepompong. Terlalu nyaman
dan menghangatkan. Lupa akan hakekatnya sebagai kupu-kupu. Yang ingin
terbang ke angkasa.

kata-kata yang kubaca terkadang tak mudah kucerna
bunga-bunga dan rerumputan bilakah kau tahu jawabnya
inikah jalanku inikah takdirku

Teringat dulu kisah waktu kecil. Teramat suka bermaen layang-layang.
Tapi apa daya uang tak punya. Seorang teman pun bernasib serupa.
Jadilah kita tim pegembira. Pengejar layang-layang putus. 1 layang. 2
layang. 10 layang perhari pernah kita dapat. Adakalanya bagus.
Adakalanya rusak. Tapi tetap kita tak bisa bermaen layang - layang.
Tak punya senar. Apalagi benang gilasan. Naluri alamiah mengajarkan.
Kita jual layang-layang tangkapan. Separuh harga warung pojok.
Layang-layang rusak pun kami perbaiki. Kami jual lagi.
Entrepreneurship. Ternyata sudah begitu lama aku berkenalan dengannya.
Sejatinya kita sudah memilikinya. Sadarkah kita?

Seringkali kawan bertanya. Bagaimana cara menjadi entrepreneurs?sebuah
pertanyaan yang selalu menumbuhkan gairah semangatku. Lebih merdu
daripada rayuan maut roro mendhut. Dalam berusaha aku tak ambil pusing
dengan itungan banyaknya untung. Aku takut riba. Menjadi qarun. aku
lebih suka meracuni orang laen untuk mandiri berbuat serupa. Dan
pertanyaan itu membuat hidupku punya makna.

kubiarkan kumengikuti suara dalam hati
yang slalu membunyikan cinta
kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadi penunjuk jalanku
lentera jiwaku


Yang pertama tumbuhkan niat. Dengan bertanya aku anggap sudah berniat.
50% dari pekerjaan. Lumayanlah. Yang harus dijaga adalah keteguhan.
Continuity. Motivasi dan intuisi. Motivasi untuk menjaga ritme dan
intuisi untuk mengarahkan. Ibarat kata motivasi seperti kopling.
Mengatur kapan mengerem kapan menambah kecepatan. Dan jangan berhenti.
Intuisi seperti kemudi. Mengarahkan laju kita.

Cara paling gampang adalah mulailah bisnis sesuai dengan minat dan
bakat. Kegemaran kamu. Keahlian kamu. Kamu tahu seluk beluknya.
Berpikirlah seperti konsumen. Bikin analisis bisnis. Business plan.
Financial plan. Tuliskan ide2 yang ada dikepala. Jangan hanya disimpan
di kepala. Caranya?tunggu posting berikutnya... lapar aku :D

kubiarkan kumengikuti suara dalam hati
yang slalu membunyikan cinta
kupercaya dan kuyakini murninya nurani menjadi penunjuk jalanku
lentera jiwaku

1 comment:

Anonymous said...

"...Motivasi untuk menjaga ritme dan
intuisi untuk mengarahkan..."

I like it, San.

PS : Manusia secerdas kamu memang paling cocok jadi pengusaha. Sayang kalo cuma jadi pegawai. Aku salut sama orang-orang yang tegar berdiri sendiri di tengah silaunya image menjadi pegawai *heran*